Senin, 24 November 2008

Ada Pelangi di SMA 3..

Ada pelangi di SMA 3..

Asli, geli..
Kalo inget betapa dulu aku pesimis masuk 3.
Tiap hari lewat didepannya, cuma bisa memandang dengan miris ditemani sejuta tanya.
"Apa aku bisa? Apa aku bisa?"
Ehh, taunya bisa.
Hhe.
Diluar itu semua, hati ini tersipu malu acapkali menyadari betapa berwarna-warninya hidupku setelah masuk 3 (ceillee..). Seriusan! Entah apa yang terjadi, aku jadi makin semangat ke sekolah tiap hari. Meski begitu banyak konsekuensi, banyak responsi, banyak remed, banyak tes evaluasi, malah LKS tea yang makin menggerayangi....
Alah, everwhat!
I Love tiga udah terlanjur bercokol didada!
Weleweleh...

El Ka ES

Wadow...
Di suatu malam yang mellow (alah, ngga malem ngga siang aku mah mellow...)
Aku merenung panjang.
Alah, semester dua tinggal ngitung mundur juga jadi..
Artinya aku kudu cepet2 membuat keputusan mau ikut LKS ato kaga.
Dilema besar, emang.
Di satu sisi aku terobsesi LKS, di sisi lain nilai kasian udah babak belur gitu.
Alah, hidup yang parah.
Gapapalah, itu konsekuensi aku masuk 3.
Akhirnya, stelah nunggu datangnya ilham, lama-lama kelamaan, aku membulatkan:
IKUT! Pokonya ikut!
Okai...
Tunggu saya di LKS 2011...!

Sabtu, 15 November 2008

Siluetisme 3..

Literatur 3,
Literature 3,
Literatur 3 atau Literature 3??

Ah, terserah. Apapun itu, pake 'e' atau ngga.
Aku cinta banget.
Seriusan!
Aku cinta Lite layaknya aku cinta SMA 3.

Literatur 3,
Literature 3,
Literatur 3 atau Literature 3??

Ah, terserah. Apapun itu, pake 'e' atau ngga.
Aku bangga banget.
Seriusan!
Aku bangga jadi seorang eliter layaknya aku bangga jadi remaja Indonesia.

G.J?
Cupu?
Serem?

Ah, terserah.
Itu kan kata orang.
Aku dan eliter lain kan punya pandangan beda.

Cuma satu :
"Aku cinta, aku bangga, jadi seorang eliter. Aku mendaulat diriku sendiri menjadi seorang eliter bukanlah untuk ikut-ikutan dimajukan, tapi untuk memajukan!"

Jadi??

Kalau mau ngata-ngatain Literatur 3 atau Literature 3, TALK TO MY HAND!!!

Apa Gue Bisa?

Mimpi..
Adalah kunci..
Untuk kita..
Menaklukkan dunia...

Tau kan, cuplikan lirik lagu diatas?
To the point, gue merasa tersindir karenanya.
Banyak pertanyaan yang timbul dalam diri gue, termasuk tentang masa depan gue.
Sebenarnya, gue ini mau ngebawa masa depan gue kemana?

Ga akan gue biarkan diri ini merangkap jadi pekerja paksa atas apa yang orang sebut sebagai posesi. Gue akan mengejar yang lahir dari hati, dari tulusnya mimpi, bukan dari cita-cita yang pasi. Mengejar apa yang tak terkejar, menekuni apa yang ngga dinikmati, mewujudkan apa yang bukan gue impikan sama dengan nol.

Hidup ini gue yang punya, bukan orangtua, bukan pacar (ntar kalo udah punya, sekarang mah belom), bukan siapapun kecuali gue. Peer gue adalah mengabdi pada diri gue dan kehidupan yang cuma sekali ini, pada Allah SWT yang dengan hebat udah menciptakan gue sebagai manusia cerdas yang berakal pikiran, buat alam yang udah nyuburin tubuh gue dengan berbagai nutrisinya (sari nasi hingga susu sapi), buat agama Islam yang selama ini udah mendisiplinkan gue untuk berbuat sebaik yang gue bisa, dan buat bangsa Indonesia (termasuk didalamnya orang2 tercinta) yang udah mencantumkan nama gue dalam daftar calon penerus perjuangan Bung Karno dan Bung Hatta, atau bahkan sebagai ibu Indonesia yang kesekian setelah R.A Kartini dan Rd. Dewi Sartika...

Gue nggak mau jadi budak kehidupan, kehidupanlah yang akan menjadi budak gue!
Itulah, apa yang gue namai dengan keyakinan hati.

Laskar Pelangi..
Takkan terikat waktu..
Jangan berhenti, mewarnai..
Jutaan mimpi di bumi..

Menarilah dan terus tertawa..
Walau dunia tak seindah surga..
Bersyukurlah pada yang kuasa..

Cinta kita di dunia..

Selamanya..

SALAM!!

Sabtu, 08 November 2008

jangan terlalu cepat

Jangan terlalu cepat

Segala tentang dia seperti siluet.
Datang sebentar, lalu pergi layaknya sebuah ilusi.
Aduh aduh, kenapa cepat sekali?

Dia tersenyum miris di sore hari.
Seperti sesosok malaikat yang menangisi bumi.
Waw, dia misterius sekali.

Dia menitipkan suatu musim di sanubariku.
Musim semi atau musim gugur?
Musim panas atau musim dingin?
Ah, sepertinya semuanya kemarau.

Kalau-kalau ia mengacau, ingin aku menghembuskan karbondioksida diwajahnya.
Kalau-kalau ia merantau, ingin aku mengikat, lalu menggemboknya di Azkaban.
Kalau-kalu ia meracau, ingin aku membekap, menjahit bibirnya dengan benang sepatu.

Kenapa ia behitu cepat?
Kenapa ia bersosok sekelebat?
Aduh aduh, kenapa terlalu cepat?

tanya kenapa?

tanya kenapa?

ketika bayang-bayang dalam dirimu bertanya akan kekesalan.
ketika mereka menghantui hatimu dengan para beban.
ketika mereka membunuh senyummu pelan-pelan.

tanya kenapa?

acapkali mereka berdiskusi, kau meringkuk sendiri.
acapkali mereka menyusun strategi, kau bergidik terintimidasi.
acapkali mereka bergerak mandiri, kau pikuk seribu elegi.

tanya kenapa?

apa dirimu gagal sendiri, atau ditakdirkan untuk gagal?
apa hidupmu hanya untuk merenungi suatu yang dinamakan gagal?
apa tetes keringatmu hanya untuk memaksakan sukses pada sebuah kegagalan?

saat kautatap langit, seakan akan runtuh diatas ubun-ubunmu.
saat kaupandang ia, seolah ia akan pergi dari hidupmu?
saat kaulihat dirimu, seperti sesosok nekrofili, mayat yang tak berhati?

apa... hidupmu hanyalah seonggok tragedi yang mati?

tanya kenapa?