sore ini pemalu, kamu tahu?
lihat saja matari yang kadang muncul kadang sembunyi
mata ini kesilauan cahaya oranyenya yang menohok kornea
rupa-rupanya di minggu yang panas nan kering ini kamu menangis
mencipta hujan yang macam gerimis,
perlahan tapi mematikan
tidak deras tapi membuat panas demam
ketika dari sudut matamu mengucurkan buliran sendu itu
aku segera tahu kau pun tengah melepas sekujur rasa sesak yang telah lama mengulummu
kamu bilang
hidupmu baik saja namun sedikit sesak
harimu gembira namun sedikit berantak
dirimu bahagia namun sedikit tak puas
tanganmu mengepal kuat, kesal seperti ingin meninju apa saja disekelilingmu
mataku nanar, bukan iba bukan kasihan tapi merasakan kesakitan
dalam limbung kamu hanya mengerang, mengerang.
kamu memeluk udara didepanmu erat-erat
matamu bengkak, itu kemerahan sampai mengembang tidak wajar
aku pun sama
angin yang bebas lalu-lalang
menghembus pada apa saja yang ia papasi
menerpa yang kokoh
meniup yang ringan
mengeringkan air matamu yang sejenak berlinang
kamu bilang
tak ada orang perhatikan kamu
tak ada rumah yang menyambutmu
lalu sekotak susu UHT yang kuberikan kemarin padamu?
itu karena aku takut kamu pulang malam lantas bangun kesiangan dan tak sempat sarapan.
lalu duduknya aku disini, jarak limabelas sentimeter darimu?
itu karena aku ingin mendengar rentetan cerita darimu yang belakangan termangu dungu seperti orang amnesia kehilangan identitas hidupnya.
lalu mataku yang bengkak jelek ini sekarang?
itu karena hatiku telah jadi rumah barumu,
sayang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar