Selasa, 06 Juli 2010

ayo mikir-mikirin hal-hal serius sekarang. Karena udah lama juga ga begini. No chance no time no passion.
Kangeen

pas mikirin perihal dunia perkuliahan kelak (masih jauh woy, pikirin ujian2nya aja dulu prab), tiba-tiba kepikir tentang motivasi saya sekolah tinggi-tinggi begini buat apa, dan mau ngapain saya nanti saat nama saya nambah panjang dan bukan dua kata lagi.

Well.
Hari ini, siapa yang bisa unggul dalam hitam di atas putih hampir boleh dikata itulah pemenangnya.
Orang secerdas apapun kalo kehidupan akademisnya gagal, kalo gapunya minimal 4 ijazah, tetep akan dipandang sebelah mata. Suka ga suka, mau ga mau.
Penegasan kelulusan atas selesainya seseorang dalam menempuh jenjang-jenjang pendidikan bisa jadi hal paling prestisius ke-2 setelah uang.

Mungkin, faktor prestise ini juga yang jadi momok menakutkan buat orang-orang kecil yang budget buat makan aja terbatas, apalagi buat sekolah.
Udah hidup pas-pasan, ga tamat sekolah pula, apa yang menjadi 'harga diri' atau 'daya jual' kami di masyarakat? Mungkin itu pikir mereka.

Buat orang berada, mungkin lain lagi. Sekolah adalah salah satu bentuk investasi masa depan yang cukup menjanjikan.
Hari ini sekolah, besok lulus, cari kerja yang mapan dan banyak tunjangan, dapat uang. Walhasil kaya.
Orangtua berbangga anak-anaknya menjadi orang-orang berdasi.

Faktor kemapanan sangat masuk akal, mengingat mubadzir juga kalo setelah disekolahkan (dengan biaya yang kalo ditotal-total bisa jadi nominal yang spektakuler sekale), si anak masih menyusahkan ortu akibat kondisi finansial belum memadai. Bisa disimpulkan, uang sang ortu yang dulu habis buat sekolah pada akhirnya tidak mendapat untung sama sekali.
Nanti dilanjut lagi yaa ngantuk hehe

Tidak ada komentar: