Rabu, 24 Maret 2010

Di SMAN 4 Denpasar

Oom swastyastu.
(hahaha ada nama guenya :p)

Olala, ini dia waktu 2 IPS foto sama Pak Encang dan guru-guru lainnya didepan pintu SMAN 4 Denpasar yang mirip sangat dengan drop off-nya hotel-hotel.

dan percaya atau tidak, begitu masukpun kita bakal disambut oleh lantai marmer, pilar ukir yang bernuansa pastel semuanya. Berasa lobby hotel banget.

Dan kamu pasti liat kan, arca di foto ini yang disarungin warna magenta? gara-gara arca ini, gue jadi tukang fotonya ibu Odja yang minta dipotoin berkali-kali dengan varian gaya yang berbeda; cheers, peace, cheers, peace, gaya bebas. (bah iya deh gue yang ngawur).

Ini Mr.Encang sebenernya baru nyampe Bali tadi malemnya, nyusul pake pesawat sama ibu-ibu geulis yang disebelahnya bu Odja, entah siapa mungkin orang komite.

masuk-masuk, kita disambut dengan paduan suara yang oke punya (sumpah kalo di sekolah ada yang kaya gitu gue kepingin banget masuk da). Padahal yang nyanyi ga nyampe 20 anak, tapi suaranya powerful. bikin merinding.

setelah sesi bincang-bincang antar pengurus OSIS kedua belah pihak, kita disuguhkan penampilan nyanyi+nari seorang siswi yang panjang rambutnya melebihi pantat (kayanya dia emang penari Bali asli). Alamak, gue terpana-pana. Cantik Indonesia gimanaa gitu itu anak teh. Secantik tempat tinggalnya. Dan gue yang pada waktu itu masi bingung mau ngoleh2in apa buat ibu (beliau minta yang khas Bali banget dan terjangkau harganya), kepingin banget bawa siswi tersebut ke Bandung buat jadi oleh-oleh. Lah emang dia Bali banget kok. *gila lu pikir dia cinderamata?

dan seterusnya, dan seterusnya.

acara pun usai, kami ke bus lagi, waktu itu mau terus langsung ke Kuta.

dan dengan khidmat, sang ketua OSIS SMAN 4 Denpasar yang perempuan dan muka politik pisan menutup acara dengan mengucapkan


Oom Santi Santi Santi Oom.

Ooom..
Kami menjawab.

Senin, 15 Maret 2010

jerawat-jerawat-jerawat.

Aku si remaja jelek berjerawat.
Kulit tubuh dan wajahku seperti tak pernah dirawat.
Aku tahu wajahku jelek sejak umurku empat, sejak aku tahu bagaimana berkaca dengan tepat.
Aku tahu wajahku jelek dari temanku si cermin kamarku yang jahat.
Temanku si cermin kamar yang jahat bilang, wajahku selalu dalam keadaan gawat.
Temanku si cermin kamar yang jahat bilang itu setiap pagi bergulat giat.
Ayahku bilang tubuhku ini benar-benar timbunan karbohidrat.
Ibuku bilang jangan-jangan itu akibat sistem ekskresiku yang terganggu lantaran mungkin anusku tersumbat.
Kakakku bilang ia bisa berkaca menghadap padaku karena pipiku begitu mengkilat.
Adikku senang tidur diatas perutku karena katanya perutku empuk sekali dan membuatnya bisa terlelap dengan nikmat.
Temanku yang kusuka tak suka aku karena mungkin penampilanku tidak pernah bersahabat.
Temanku yang kusuka tak suka aku karena mungkin apapun dari tubuhku selalu tak enak dilihat.
Temanku yang kusuka tak suka aku karena mungkin rasa sayangku padanya tak pernah sedikitpun tersirat dalam tampangku yang gawat.
Kata ibu supaya wajahku bersinar aku harus rajin wudlu dan solat.
Kata ayah supaya tubuhku ramping aku harus rajin olahraga walau kegiatanku padat.
Aku si remaja jelek berjerawat.
Kulit tubuh dan wajahku seperti tak pernah dirawat.

Turning Back



Thanks God, for giving us this togetherness.