Sabtu, 08 November 2008

jangan terlalu cepat

Jangan terlalu cepat

Segala tentang dia seperti siluet.
Datang sebentar, lalu pergi layaknya sebuah ilusi.
Aduh aduh, kenapa cepat sekali?

Dia tersenyum miris di sore hari.
Seperti sesosok malaikat yang menangisi bumi.
Waw, dia misterius sekali.

Dia menitipkan suatu musim di sanubariku.
Musim semi atau musim gugur?
Musim panas atau musim dingin?
Ah, sepertinya semuanya kemarau.

Kalau-kalau ia mengacau, ingin aku menghembuskan karbondioksida diwajahnya.
Kalau-kalau ia merantau, ingin aku mengikat, lalu menggemboknya di Azkaban.
Kalau-kalu ia meracau, ingin aku membekap, menjahit bibirnya dengan benang sepatu.

Kenapa ia behitu cepat?
Kenapa ia bersosok sekelebat?
Aduh aduh, kenapa terlalu cepat?

Tidak ada komentar: