Rabu, 12 Mei 2010

kenapa jadi sedih?

entah kenapa sejak Sri Mulyani mulai booming gara-gara kasus Bank Century, saya langsung sedih. Pas tau beliau mundur jadi Menkeu apalagi.

kenapa hey kenapa?
karena nambah lagi putra terbaik bangsa ini yang dipinggirkan di negerinya sendiri.

ekonomi ya ekonomi. Diurusnya sama ekonom. Bukan sama politikus.

menurut Rhenald Kasali, Guru Besar Manajemen Universitas Indonesia,
ekonomi kini menjadi suatu mainan yang dipindahtangankan secara keliru. Suasana politik yang tidak lagi kondusif membuai para intelek ekonomi untuk duduk di pinggir ring, dan membiarkan ekonomi itu sendiri diurus oleh para politikus.

Sepertinya, Sri Mulyani yang sejak awal dinilai oleh para pengamat politik tidak berminat sedikitpun pada politik dan kekuasaan, tidak menolong sama sekali posisi politisnya di pemerintahan sebagai bendahara negara.
Ketidak-tertarikan beliau akan kekuasaan bukan berarti menghapus nama beliau dari daftar sasaran intrik-intrik politik yang dilancarkan oleh pihak-pihak pengagung kepentingannya dan kepetingan kelompoknya masing-masing yang tidak bertanggungjawab itu.

kita yang awam, seyogyanya menilai bahwa kebijakan rekapitalisasi Bank Century yang menghabiskan dana sebesar 6,7 triliun rupiah itu adalah keputusan yang sangat feodal dan bernuansa kapitalis.
tapi, apakah sama menurut para ekonom?
belum tentu iya.
barangkali itulah resiko yang harus ditempuh Sri Mulyani yang berniat menolong negerinya yang masuk ke keluarga negara dunia ketiga dari krisis ekonomi berkepanjangan.

di lain hal,
menurut saya beliau adalah pemimpin yang berani. berani memutuskan yang benar, bukan yang menguntungkan bagi dirinya, maupun reputasinya sebagai pejabat negara.
kapan lagi ada yang seperti ini?

*nanti, ketika saya dan kaum muda lainnya telah dewasa dan matang untuk memimpin negeri ini. amiin :)

baiklah Ibu Sri,
selamat bekerja maksimal di World Bank, saya salut dan bangga memiliki pemimpin seperti ibu.
:)

Tidak ada komentar: